<$BlogRSDUrl$>
ini untuk banner blogger
  tempatkita       tempatku  
   
 
     
 

Saturday, May 28, 2005

menyikapi banjir

..awalnya..

Kecipak kecipuk.. Cibung cibung.. Begitulah suara tapak pedestrian menembus genangan basah setinggi betis orang dewasa. Pagi ini, pas mo berangkat dari Karawaci tuh udah dikasih warning ama nyokap. Radio El-Shinta bilang, sebagian Jakarta Barat dah digenangi luapan setinggi 50 cm. Kebayang dong gimana gembiranya kodok, belut, dan para penghuni dunia basah yg kini bebas jln2 tanpa takut dehidrasi.

Aha.. Aha.. Heran bercampur bangga yg mungkin tdk pd tempatnya. Ketika bertahan di dlm bis yg sewa-nya lumayan padat, di belakang ada bisik2 ngomongin banjir. Suara satu, "Wah, kalo tau banjir di-mana2, mending saya ga berangkat kerja, pasti telat soalnya, enakan di rumah nonton tipi.." Trus suara dua nyahut, "Kalo saya.. Yg penting berangkat dulu, urusan telat ya belakangan, orang2 juga maklum koq namanya juga lagi banjir"

Terlepas dari pilihan suara mana yg kita anggap mewakili kata hati kita, namun kiranya jelas bahwa dua suara tersebut saling ber-kontradiksi. Sekilas, suara kedua tampak jempolan, utamanya di mata atasan dan pemilik modal. Jelas dong, apapun kondisi yg terjadi, roda bisnis semestinya tetap berputar, profit mesti tetap mengucur meski suasana kacau balau sekalipun. Sedangkan suara satu tampak kurang simpatik, karena terkesan mengandung unsur kemalasan dan sikap pingin se-enak syahwat-nya.

Saya..? Sebagai pendengar yg baik, saya hanya tersenyum ketika menoleh ke belakang, mengobati penasaran, dan setelah pemilik dua suara itu melempar senyum ke arah saya, secara implisit mesti minta dukungan dan berharap mendapat tambahan suara dari saya.

Sambil berusaha mengakses pabrik tempat saya bekerja. Sambil tetap melangkahkan kaki dg waspada kalau2 ada selokan atau lubang yg kini rata2 air. Pikiran ini merenungi percakapan dua suara yg tadi sempat fokus tertangkap. Lucu, pd beberapa detik pertama pikiran ini pro suara dua, namun sesaat kemudian berbalik arah ingin membela suara pertama. Lalu lamunan pun buyar lantaran jln terhadang basahan di sana sini. Pikiran mesti fokus ke gimana caranya supaya sampai di seberang tanpa mesti lembab kuyup dan tentunya dg ongkos minimum se-efisien mungkin.

Yap.. Terima kasih Tuhan, terima kasih hati, terima kasih otak, terima kasih badan sekujur, terima kasih semangat selentur serat baja. Senangnya bisa sampai di depan PC, bisa bekerja normal, bisa nulis beberapa paragraf yg semoga ada manfaat buat yg mbaca. Percayalah, musibah bahkan bencana yg kita alami semestinya ada hikmah padanya, baik eksplisit maupun substansional. Yakinilah, badan kita ga akan basah kuyup kalo kita nggak hujan2an tanpa perlindungan. [Pulomas, 19-Jan-2005, ba'da lunch] :)

..reloaded..

Suit suiw.. Ck ck ck.. Suit suiw.. Betis2 indah putih nan mulus itu pun akhirnya mesti rela dicumbui benda cair luapan selokan, sungai, dan rawa2 yg dlm hitungan jam menjadi sama rata permukaannya. Ada yg tersenyum asyik menikmati. Ada yg agresif mengulurkan tangan, menggenggam dan meremas jemari lentik guna menuntun menambah keseimbangan pijakan langkahnya. Ada pula yg hanya melirik sebatas pandangan kali pertama dan ini sama sekali bukan berarti keangkuhan.

Hari ini, walau hujan semalam tidak sederas kemarin malam, genangan air masih enggan meninggalkan kotaku. Sebagian kami mengganggapnya sebagai kiriman dari kota sebelah, namun alangkah tdk adilnya pendapat ini, dan sepertinya tetangga di kota sebelah pun tdk rela begitu saja kalau kotanya dituduh sebagai pengirim penyebab musibah. Media massa rajin mengulas dilema ini, menyajikan berbagai solusi mulai dari yg murah sampai yg membuat kita berdecak penasaran hingga meng-garuk2 kulit kepala yg tdk gatal. Tapi kenyataannya, tamu tahunan yg satu ini tetap rutin berkunjung dan meninggalkan kesengsaraan pada sebagian kami.

Kehilangan tempat tinggal, rusak hanyutnya harta benda yg tdk sempat diselamatkan, bahkan naasnya korban jiwa yg terbawa arus deras dan tenggelam, menjadi hal yg tdk lg tdk biasa. Tumpukan sampah dan kotoran akibat musibah tahun lalu pun belum juga teratasi, kini musibah itu kembali bertamu. Dan hampir dpt dipastikan, kepergian tamu itu pd tahun ini mesti akan meninggalkan tambahan tumpukan sampah dan kotoran.

Katanya manusia adalah mahluk cerdas yg diciptakan oleh-Nya dlm keadaan yg sempurna. Tapi menata alam sebagai habitat sendiri saja masih belum mahir. Di tiap awal musim penghujan, ketar ketir penduduk daerah aliran sungai mesti menjadi sorotan khalayak ramai. Sudah tahu rawan banjir, koq ya masih nekat bertempat tinggal di situ? Dilema tempat tinggal sambung menyambung saling berkait dg puluhan dilema kependudukan. Negara semestinya tegas mengatur dan menerapkan sistem demi terwujudnya kehidupan nyaris ideal serta keadilan semesta. Sehingga tiap2 jiwa bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan berkehidupan. Optimisme bahwa hari ini mesti lebih baik dari kemarin dan hari esok mesti jauh lebih baik dari hari ini harus tertanam kuat2 di dlm sanubari setiap insan di negeri ini.

Terlepas dari sistem berkehidupan model mana yg kita jalankan bersama, sewajarnya kita tetap berpegang teguh bahwa utk maju kita mesti sukarela bersatu. Kita mesti sadar betul bahwa persatuan dan kesatuan adalah modal yg menentukan. Ibarat tetesan2 air, ribuan tetesan mesti akan menjadi gelombang yg berkekuatan dahsyat. Konsep sempurna menjadi tiada artinya kalau para penganutnya hanya sibuk berkutat saling menunjuk siapa yg salah dan siapa yg benar. Apalagi kalau di antara kita sampai bersikeras saling menyingkirkan satu sama lain.

Para ahli sanitasi, para ahli kependudukan, para ahli sistem tata perkotaan, para sarjana, dan anda2 yg mengaku cerdas serta berwawasan masa depan, mungkin musibah ini adalah tantangan utk membuktikan seberapa tangguh kemampuan kita mengatasi akibat keteledoran diri kita sendiri. [Pulomas, 20-Jan-2005, ba'da lunch] :)

..trilogy..

Embeeek.. Embeeek.. Emuoooo.. Emuoooo.. Suara khas mamalia berkaki empat yg ikut urbanisasi tahunan bila hari raya kurban menjelang. Tahun ini, ada dualisme puncak perayaan hari berkurban. Sementara hitung2an kalender sudah menetapkan jum'at sbg puncak hari raya kurban, ada sebagian penduduk yg merayakannya pd hari kamis. Terlepas dari siapa yg benar dan siapa sebaliknya, nampaknya ada distorsi dan kelambatan dlm alur penyampaian informasi. Kalender matahari semestinya klop dan kompakan dg kalender bulan, toh peredaran matahari dan peredaran bulan pun sampai saat ini terbukti tdk ada masalah. Di seputar perayaan hari raya kurban tahun ini, ada hal yg sempat mengundang senyum kecil di bibir sementara otak jd berpikir. Tanpa bermaksud mendebat metode pengamatan pergerakan benda langit, setidaknya kita punya waktu sedikitnya 9 x 24 jam utk menyebarluaskan pergeseran tanggal puncak perayaan jika memang demikian adanya. Bulan baru kan dimulai di tanggal satu, sementara puncak perayaan kan jatuh di tanggal sepuluh. Waduh waduh waduh, ilmu jadi semakin terasa dangkal ketika berhadapan dg kejadian sederhana namun punya efek sosial yg dlm dan ternyata berakar meluas di masyarakat.

Berjanggut bukannya kyai, tdk berkumis bukannya ustadz, apa coba? Yup, tak lain dan tak bukan adalah kambing! Begitulah gurauan anak2 kecil yg kalau dianggap serius maka tdk mustahil akan berubah menjadi gurauan sinis sentimen SARA (suku, agama, ras, antar-golongan). Disikapi dg emosional atau memaklumkan sikap kanak2 tsb, terserah, kita semestinya sama2 tau mana yg konstruktif dan mana yg destruktif.

Baik di hari raya versi negara maupun versi yg satunya lagi, cuaca di tempat tinggal kami sedemikian redup namun tdk ada rintik hujan seperti dua tiga hari sebelumnya. Pagi itu kami khusyu menghadapkan diri ke satu kiblat yg sama, tertunduk bersila mengagungkan nama Yg Maha Kuasa. Ya, gema gumam dan puja puji menyanjung sang Pencipta sembari tunduk merendahkan diri di hadapan-Nya. Air mata beberapa dari kami tiba2 menitik karena keharuan. Hampir genap satu purnama ke belakang, saudara saudari kami di ujung barat sana ditimpa bencana yg pesimis-nya adalah kemurkaan alam dan optimis-nya adalah ujian dari Yg Di Atas sana.

Setelah hari raya, kembali matahari enggan tersenyum menyapa bentang alam di kota tempat tinggal kami. Rintik gerimis mengiringi langkahku menuju tempat sumber mata pencaharian. Ada sebagian orang yg percaya bahwa genang menggenang beberapa hari yg lalu belumlah seberapa, masih ada susulan yg konon bakal jauh lebih 'bermakna'.

Kemarin pagi, cuaca cerah, matahari terik menyirami persada kota tempat tinggal kami. Namun selepas jam makan siang, suasana teduh mulai terasa. Dan beberapa jam kemudian, menjelang sore hari, terlihat iring2an awan gelap bergumpal bergerak kian cepat dari timur menuju barat. Kiranya rombongan awan itu akan berakhir di lepas pantai, namun kilatan petir pertanda hujan turun sudah melintas sahut menyahut menggetarkan selaput gendang telinga. Dan benar saja, hampir bersamaan dg tenggelamnya matahari di ufuk barat, siraman hujan mengguyur dan sempat membuat hati was2. Dlm hitungan menit, jln di depan pabrik pun tergenang.

Kemarin sore, saya dan dua orang kawan pulang kerja setelah hari mulai gelap selepas hujan. Kami ber-jingkat2 di pinggir sisi dlm trotoar menghindari ombak buatan yg berdebur manakala kendaraan roda empat dg keangkuhannya berpacu menembus genangan luapan di tengan jln. Beruntungnya kami, sesampainya di seberang, sepatu kami masih relatif kering walaupun kaki merasa lembab. Ya, nikmati saja keadaan yg ada, adapun ketika keadaan yg lebih baik tersedia, mungkin saja langkah baru perlu dibuat supaya kualitas kehidupan meningkat.

Marhaban ya Muharram 1426H, 10-Feb-2005. Gong Xi Fa Cai, met taon baru imlek 2556, 9-Feb-2005. Selamat Liburan, baik yg 2 paket 2 hari, maupun yg 1 paket panjang 5 hari atau lebih. Bagi yg mesti tugas kerja, semestinya ada nilai tambah tersendiri. Sukses buat si rajin!

..salam dan senyum..

published by: Monsieur RaKah @ 28.5.05

Berbagi rasa, berbagi suka, berbagi ide dan pengalaman

.: is this rha-k's webLOG? :.

Previous post: Bersyukur dan Berjuang... Menyapa Sahabat... Mengatasi Rasa Malas atau Penundaan... Boss Baik akan mendapatkan Sekretaris Baik... Mimpi, Solusi, Penyakit... menyikapi banjir... sepakbola di surga... Kejadian Misterius di RSCM... Bola di dalam Kantong Kertas... sekolah itu bernama Ramadhan...

Archives: 06/01/2003 - 07/01/2003... 07/01/2003 - 08/01/2003... 08/01/2003 - 09/01/2003... 09/01/2003 - 10/01/2003... 10/01/2003 - 11/01/2003... 11/01/2003 - 12/01/2003... 12/01/2003 - 01/01/2004... 01/01/2004 - 02/01/2004... 02/01/2004 - 03/01/2004... 03/01/2004 - 04/01/2004... 04/01/2004 - 05/01/2004... 07/01/2004 - 08/01/2004... 08/01/2004 - 09/01/2004... 09/01/2004 - 10/01/2004... 10/01/2004 - 11/01/2004... 11/01/2004 - 12/01/2004... 12/01/2004 - 01/01/2005... 04/01/2005 - 05/01/2005... 05/01/2005 - 06/01/2005... 12/01/2005 - 01/01/2006... 04/01/2008 - 05/01/2008... 07/01/2010 - 08/01/2010... 10/01/2020 - 11/01/2020... 08/01/2021 - 09/01/2021...

This page is powered by Blogger :)


 
     
 
  Mardi-k Lab. (contact) 1996-sekarang