Mengenang lebih kurang satu tahun ke masa lampau. Di saat hati kembali terusik wajah jelita yang tidak biasa. Pengulangan rasa yang pernah aku rasakan di masa yang lebih lampau, beberapa tahun lebih ke belakang. Datang bersama kawan, pulang berharap mendapat kawan. Pikiran menerawang, akankah dirimu menjadi kekasih hatiku?
Beberapa bulan berlalu, terpisahkan jarak dan situasi. Hatiku diingatkan kembali pada wajah jelita itu, senyuman yang nyaris tidak dapat kulupakan. Senyuman yang meneduhkan, walau kutahu mungkin senyum itu tidak hanya dikhususkan untukku.
Diriku kembali terusik. Ada perasaan ingin menjadikan pertemuan di masa lampau untuk dilanjutkan sebagai sebuah kisah. Maksud hati ingin menggapai bahagia, namun kenyataan belum berkata demikian. Perbedaan dianggap sebagai jurang pemisah hingga dua sisi terpisah sulit untuk bersatu. Benarkah prinsip harus diperjuangkan hingga mengorbankan bisik nurani dan perasaan kasih? Betulkah langkah hati mesti terhenti karena egoisme yang mengatasnamakan aturan dari Yang Maha Kuasa?
Jika memang saat ini adalah akhir dari kisah yang mungkin sama sekali belum dimulai, biarlah kutanggung sedikit duka dan sakit yang belum seberapa ini. Namum aku tetap berharap. Sudilah kamu sekali lagi bertanya pada hati nuranimu, mengenai kelayakan diriku untuk menemanimu dalam menjalani sisa hidup. Aku mungkin dilahirkan bukan sebagai pembujuk, bukan pula perayu ulung, namun aku yakin bahwa di depan selalu ada jalan.
Post a Comment
<< Home