Thursday, November 25, 2004
Bola di dalam Kantong Kertas
Dear both of u, :)
How are u my friends? Hoping both of u are always in a good condition.
Sebelumnya gw mohon dimaafkan lahir batin apabila keterlibatan gw dlm
'urusan' kalian adalah suatu 'kesalahan', mungkin kalian menganggap gw
terlalu ikut campur dsb, tapi tolong, jgnlah kalian berpaling dari akal
sehat dan pikiran jernih.
Gw pikir keterlibatan gw dlm urusan ini sudah semakin 'jauh'. Gw akui,
niat awal gw 'deket2' ce itu se-mata2 karena penampilannya yg 'menarik'
bahkan 'menggoda'. Gw pikir elo semua setuju kalo dia emang cakep, gw
pikir elo semua ga akan komplain kalo dia itu ikutan pemilihan model
majalah kaWanku dan kemudian terpilih menjadi pemenangnya :D
Begini... Pd mlm [22 Nop 2004] antara 21:30WIB s/d 23:00WIB, telah
terjadi '3 party' phone conference melibatkan dia yg selanjutnya disebut
pihak pertama, kemudian seorang co temennya yg selanjutnya disebut pihak
kedua, dan gw yg selanjutnya disebut pihak ketiga.
Percakapan pihak pertama, pihak kedua, dan pihak ketiga mlm itu nyaris
diwarnai 'ketegangan' karena gw terus terang 'belum mengenal' karakter
ce ini yg sesungguhnya. Gw ga nyangka kalo kata2 gw via fs message [22
Nop 2004, 12:00WIB s/d 13:00WIB] begitu mengenai sasaran. Dia mengaku
sempat 'menangis' ketika membaca message dari gw. Waktu itu gw emang
menganggap (bahkan menuduh sepihak) bahwa dia-lah 'sumber penyakit' nya.
Dan memang maksud gw ber-message ria tuh supaya 'salah paham' ini bisa
'diluruskan' se-lurus2nya dan se-segera mungkin.
Gw mencoba melihat urusan elo berdua dari posisi se-netral2nya, gw ga
pengen silaturahmi antara kita terganggu dan menjadi renggang. Gw
mencoba merumuskan titik pangkal semua urusan yg jd mirip kisah sinetron
ini. Menurut pencernaan pikiran gw, sepi tegang yg sempat terjadi tuh pd
awalnya dikarenakan se-mata2 oleh ke-salah paham-an di antara kita.
Pengartian 'berteman' versi ce itu nampaknya amat berbeda dg 'berteman'
versi kita. Gw memperkirakan bahwa elo berdua sudah mengartikan
perlakuan ce itu pd kalian, sebagai lebih dari sekedar teman biasa. Maka
dari itulah salah paham selanjutnya tercipta dan merambat mengaburkan
permasalahan yg sebenarnya. Mendengar langsung pengakuan ce itu, gw
salut, dia memang pantas diperjuangkan. Dia punya prinsip bahwa semua co
yg deket2 sama dia tuh berposisi sebagai 'just a friend'. Gw curiga kalo
cara dia memperlakukan teman pria tuh mirip perlakuan ce thdp kekasih
prianya. Dia beruntung karena gw sudah membeberkan semua kecurigaan gw
pdnya, sampai2 dia (mungkin) agak emosional.
Terserah kalo elo berdua menuduh gw sok tahu, dsb. Tapi gw akan tetap
bertahan pd prinsip gw, sesuatu yg terjadi pd kita atau terjadi di
sekitar kita pasti ada maksud dan hikmah positif yg bisa kita ambil.
Jika kalian sudah lelah, biarlah waktu yg menyelesaikannya.
WsWrWb,
-----Original Message-----
From: indria
Sent: Tuesday, November 23, 2004 6:36 AM
Temans,
Bacaan menarik..
Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia
baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan
hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke
dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang
sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola
itu dengan baik?
Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong
kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola
bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul
dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi.
Merobek kantong kertas pun tak mungkin karena posisi bola akan berpindah
dan ia terkena pukulan hukuman. Apa yang harus dilakukannya?
Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk
mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah
itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman
tadi. Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang
memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.
Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua
kemungkinan itu. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sekotak
korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong
kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat
yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul
dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo! Dia tidak
terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.
Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk
menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan
kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa
berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai
kemenangan. [Paul W.Cummings]
published by: Monsieur RaKah @ 25.11.04
sekolah itu bernama Ramadhan
Seringkali kita mencari sekolah mana yang terbagus di kota tempat kita
tinggal. Seringkali pula kita merasa bangga bila kita ataupun anak kita
dapat masuk ke sekolah favorit di kota tempat tinggal kita. Namun adakah
jaminan dari sekolah-sekolah favorit dapat menghasilkan bibit-bibit
unggul yaitu menciptakan manusia yang sebenarnya manusia? Seringkali
kita terperangah akan tingkah polah para lulusan sekolah ternama sangat
tidak manusiawi.
Madrasah dalam bahasa arabnya yang berarti sekolah adalah tempat
penempaan para siswanya agar siswanya mendapatkan pengetahuan/ilmu. Para
siswanya diharapkan dapat mengaplikasikan keilmuan mereka di tengah
masyarakat.
Seorang manusia diberi akal untuk berpikir dan untuk mengetahui apa-apa
yang ada di alam ini. Tak kalah dengan akal, manusia pun dilengkapi
dengan hati yang di dalamnya terdapat rasa. Dengan hati manusia dapat
merasakan segala sesuatu baik rasa bahagia dan rasa sedih, rasa suka dan
rasa suka, dan seluruh rasa yang ada di hati ini.
Ramadhan dibuat sebagai tanda cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. Betapa
tidak... Selama ramadhan manusia digembleng oleh Allah langsung... Aih
ternyata bukan hanya Rasul-Nya yang mendapatkan pelajaran dari Tuhan
langsung namun kita sebagai manusia biasa pun langsung diajarkan oleh
Sang Maha Guru... Allah SWT. Di dalamnya kita dituntun untuk
mengendalikan hati yang terkadang tidak terlalu baik entah itu kepada
diri sendiri maupun kepada orang lain. Pelajaran pun tidak terhenti
sebatas spiritual saja namun lihatlah bagaimana fisik kita (baca organ
tubuh) pun dilatih mengenai ketahanan tubuh. Lambung yang senantiasa
dikuras energinya sehingga semakin lama pertahanannya kendur, tapi di
ramadhan ini dikurangi (diatur) bagaimana untuk mempertahankan diri,
serta organ-organ lainnya. Otak sebagai pusat susunan saraf pun mendapat
pengajaran yang tidak sedikit, karena para organ lainnya mengalami
keteraturan maka otak pun secara langsung mengalami keteraturan. Dan ini
secara langsung mempengaruhi akal pikiran manusia sehingga menjadi lebih
teratur tidak sebagai panglima perang yang terkadang merasa lebih hebat
dari yang lainnya.
Subhanallah... Betapa pengajaran yang diberikan mencakup seluruh
kehidupan ini. Institusi pendidikan mana yang dapat memberikan semuanya
seperti madrasah ramadhan? Ilmu yang didapat dari madrasah ramadhan pun
tidak hanya terhenti di penghujung ramadhan saja tapi terus
berkesinambungan sampai akhir hayat.
Akhirnya... Nikmat mana lagi yang kamu ingkari?
Di madrasah ramadhan manusia mendapat pengajaran langsung dari sang
Khalik...
Di madrasah ramadhan manusia belajar mengenai banyak hal yang tak
terhingga jumlahnya
(entah berapa SKS yang harus diikuti...)
Di madrasah ramadhan manusia dimuliakan...
Di madrasah ramadhan Allah menunjukkan Kasih Sayang-Nya...
Semoga kita dapat merasakan dan menyentuh langsung belaian dan peluk
Kasih Sayang Allah...
Aamiin......
Ramadhan 26, 1425 H at office (karya seorang teman)
published by: Monsieur RaKah @ 10.11.04
istri dambaan
Oase edisi LXII (Istri dambaan)
Untukmu Yang Selalu Setia. To all girls in the world...
Hari itu di pemakaman, siang begitu terik dan menyengat. Para pelayat
yang kebanyakan berbaju hitam memadati lokasi pemakaman. Di antara
begitu banyak orang, wanita cantik itu berdiri mengenakan pakaian dan
kerudung berwarna putih, ekspresi tenang terlihat di raut wajah yang
tersaput kesedihan.
Pada saat penguburan berlangsung, sebelum jenazah dimasukkan ke liang
lahat, wanita itu mendekati jenazah yang terbungkus kain kafan kemudian
mencium bagian kening jenazah dan membisikkan kata-kata tak terdengar
dengan perasaan dan suasana yang sulit kulukiskan. Aku melihat keharuan
di antara para pelayat menyaksikan adegan itu.
Wanita itu adalah istri dari laki-laki yang pada hari itu dikubur.
Setelah acara penguburan selesai satu persatu pelayat mengucapkan
kalimat duka cita kepada wanita tersebut yang menyambut ucapan itu
dengan senyuman manis dan kesedihan yang telah hilang dari wajahnya,
seolah-olah pada saat yang seharusnya menyedihkan itu dia merasa
bahagia.
Kudekati wanita itu.
"Kak, yang sabar ya, insya Allah abang diterima dengan baik di
sisi-Nya," ujarku perlahan. Dia menatapku dengan senyuman tanpa
kata-kata. Rasa penasaran menyeruak dalam hatiku melihat ekspresinya.
Tapi perasaan itu tidak kuungkapkan.
Beberapa hari setelah pemakaman itu, aku datang ke rumah wanita itu.
Kudapati ia sedang mengurus kembang mawar putih seperti apa yang sering
dilakukannya. Kusapa dia dengan wajar, "Assalaamu'alaikum, sedang sibuk
kak?" tanyaku. "Wa'alaikumsallam... Oh adik, ayo duduk dulu," jawabnya
seraya membereskan perlengkapan tanaman. "Saya mengganggu kak?" tanyaku
lagi, "Kenapa harus mengganggu dik, ini kakak sedang menyiapkan bunga
untuk dzikir nanti malam," jawabnya.
Sesaat setelah jawaban terakhir suasana hening terjadi di antara kami.
Dengan hati-hati kuajukan perasaan yang selama beberapa hari mengganjal
di hatiku. "Kak, apakah kakak tidak merasa sedih dengan kepergian
abang?" tanyaku.
Dia menatapku dan berkata, "Kenapa adik bertanya seperti itu?"
Aku tidak segera menjawab karena takut dia tersinggung, dan, "Karena
kakak justru terlihat bahagia menurut adik, kakak tersenyum pada saat
pemakaman dan bahkan tidak mencucurkan airmata pada saat kepergian
abang," ujarku.
Dia menatapku lagi dan menghela nafas panjang. "Apakah kesedihan selalu
berwujud air mata?" Sebuah pertanyaan yang tidak sanggup kujawab.
Kemudian dia meneruskan kembali perkataanya. "Kami telah bersama sekian
lama, sebagai seorang wanita aku sangat kehilangan laki-laki yang
kucintai, tapi aku juga seorang istri yang memiliki kewajiban terhadap
seorang suami. Dan keegoisanku sebagai seorang wanita harus hilang
ketika berhadapan dengan tugasku sebagai seorang istri," katanya
tenang.
"Maksud kakak?" aku tambah penasaran.
"Sebuah kesedihan tidak harus berwujud air mata, kadang kesedihan juga
berwujud senyum dan tawa. Kakak sedih sebagai seorang wanita tapi
bahagia sebagai seorang istri. Abang adalah seorang laki-laki yang baik,
yang tidak hanya selalu memberikan pujian dan rayuan tapi juga teguran.
Dia selalu mendidik kakak sepanjang hidupnya. Abang mengajarkan kakak
banyak hal. Dulu abang selalu mengatakan sayang pada kakak setiap hari
bahkan dalam keadaan kami tengah bertengkar. Kadang ketika kami tidak
saling menyapa karena marah, abang menyelipkan kata sayang pada kakak
di pakaian yang kakak gunakan. Ketika kakak bertanya kenapa? abang
menjawab, karena abang tidak ingin kakak tidak mengetahui bahwa abang
menyayangi kakak dalam kondisi apapun, abang ingin kakak tau bahwa ia
menyayangi kakak. Jawaban itu masih kakak ingat sampai sekarang. Wanita
mana yang tidak sedih kehilangan laki-laki yang begitu menyayanginya?
Tapi..."
Dia menghentikan kata-katanya.
"Tapi apa kak?" kejarku.
"Tapi sebagai seorang istri, kakak tidak boleh menangis," katanya
tersenyum.
"Kenapa?" tanyaku tidak sabar. Perlahan kulihat matanya menerawang.
"Sebagai seorang istri, kakak tidak ingin abang pergi dengan melihat
kakak sedih, sepanjang hidupnya dia bukan hanya laki-laki tapi juga
seorang suami dan guru bagi kakak. Dia tidak melarang kakak bersedih,
tapi dia selalu melarang kakak meratap, kata abang, Allah tidak suka
melihat hamba yang cengeng, dunia ini hanya sementara dan untuk apa
ditangisi."
Wanita itu melanjutkan, "pada satu malam setelah kami sholat malam
berjamaah, abang menangis, tangis yang tidak pernah kakak lupakan, abang
berkata pada kakak bahwa jika suatu saat di antara kami meninggal lebih
dahulu, masing-masing tidak boleh menangis, karena siapa pun yang pergi
akan merasa tidak tenang dan sedih, sebagai seorang istri, kakak wajib
menuruti kata-kata abang."
"Pemakaman bukanlah akhir dari kehidupan tapi adalah awal dari
perjalanan, kematian adalah pintu gerbang dari keabadian. Saat di dunia
ini kakak mencintai abang dan kita selalu ingin berada bersama dengan
orang yang kita cintai, abang adalah orang baik. Dalam perjalanan waktu
abang lah yang pertama kali dicintai Allah dan diminta untuk
menemui-Nya, abang selalu mengatakan bahwa baginya Allah SWT adalah sang
Kekasih dan abang selalu mengajarkan kakak untuk mencintai-Nya. Saat
seorang Kekasih memanggil apakah kita harus bersedih? Abang bahagia
dengan kepergiannya. Dalam syahadatnya abang tersenyum dan sungguh
egois jika kakak sedih melihat abang bahagia," sambungnya.
Tanpa memberikan kesempatan untuk aku berkata, serangkaian kata terus
mengalir dari wanita itu, "Kakak bahagia melihat abang bahagia dan kakak
ingin pada saat terakhir kakak melihat abang, kakak ingin abang tau
bahwa baik abang di dunia maupun di akhirat, kakak mencintainya dan
berterima kasih pada abang karena abang telah meninggalkan sebuah harta
yang sangat berharga untuk kakak yaitu cinta pada Allah SWT. Dulu abang
pernah mengatakan pada kakak jika kita tidak bisa bersama di dunia ini
kakak tidak perlu bersedih karena sebagai suami istri, kakak dan abang
akan bertemu dan bersama di akhirat nanti bahkan di surga selama kami
masih berada dalam jalan Allah. Dan abang telah memulai perjalanannya
dengan baik, doakanlah kakak ya dik, semoga kakak bisa memulai
perjalanan itu dengan baik pula. Kakak sayang abang dan kakak ingin
bertemu abang lagi."
Kali ini kulihat kakak tersenyum dan dalam keheningan taman aku tak
mampu berkata-kata lagi.
dikutip dari:
~ Keep Amar Ma'ruf Nahi Munkar on the Net, euy! ~
Official Website: http://www.sobat-azzam.info
Call/SMS/MMS: +62 815 70 04450
Contact: admin@sobat-azzam.info
published by: Monsieur RaKah @ 3.11.04
|