How are u my friends? Hoping both of u are always in a good condition.
Sebelumnya gw mohon dimaafkan lahir batin apabila keterlibatan gw dlm
'urusan' kalian adalah suatu 'kesalahan', mungkin kalian menganggap gw
terlalu ikut campur dsb, tapi tolong, jgnlah kalian berpaling dari akal
sehat dan pikiran jernih.
Gw pikir keterlibatan gw dlm urusan ini sudah semakin 'jauh'. Gw akui,
niat awal gw 'deket2' ce itu se-mata2 karena penampilannya yg 'menarik'
bahkan 'menggoda'. Gw pikir elo semua setuju kalo dia emang cakep, gw
pikir elo semua ga akan komplain kalo dia itu ikutan pemilihan model
majalah kaWanku dan kemudian terpilih menjadi pemenangnya :D
Begini... Pd mlm [22 Nop 2004] antara 21:30WIB s/d 23:00WIB, telah
terjadi '3 party' phone conference melibatkan dia yg selanjutnya disebut
pihak pertama, kemudian seorang co temennya yg selanjutnya disebut pihak
kedua, dan gw yg selanjutnya disebut pihak ketiga.
Percakapan pihak pertama, pihak kedua, dan pihak ketiga mlm itu nyaris
diwarnai 'ketegangan' karena gw terus terang 'belum mengenal' karakter
ce ini yg sesungguhnya. Gw ga nyangka kalo kata2 gw via fs message [22
Nop 2004, 12:00WIB s/d 13:00WIB] begitu mengenai sasaran. Dia mengaku
sempat 'menangis' ketika membaca message dari gw. Waktu itu gw emang
menganggap (bahkan menuduh sepihak) bahwa dia-lah 'sumber penyakit' nya.
Dan memang maksud gw ber-message ria tuh supaya 'salah paham' ini bisa
'diluruskan' se-lurus2nya dan se-segera mungkin.
Gw mencoba melihat urusan elo berdua dari posisi se-netral2nya, gw ga
pengen silaturahmi antara kita terganggu dan menjadi renggang. Gw
mencoba merumuskan titik pangkal semua urusan yg jd mirip kisah sinetron
ini. Menurut pencernaan pikiran gw, sepi tegang yg sempat terjadi tuh pd
awalnya dikarenakan se-mata2 oleh ke-salah paham-an di antara kita.
Pengartian 'berteman' versi ce itu nampaknya amat berbeda dg 'berteman'
versi kita. Gw memperkirakan bahwa elo berdua sudah mengartikan
perlakuan ce itu pd kalian, sebagai lebih dari sekedar teman biasa. Maka
dari itulah salah paham selanjutnya tercipta dan merambat mengaburkan
permasalahan yg sebenarnya. Mendengar langsung pengakuan ce itu, gw
salut, dia memang pantas diperjuangkan. Dia punya prinsip bahwa semua co
yg deket2 sama dia tuh berposisi sebagai 'just a friend'. Gw curiga kalo
cara dia memperlakukan teman pria tuh mirip perlakuan ce thdp kekasih
prianya. Dia beruntung karena gw sudah membeberkan semua kecurigaan gw
pdnya, sampai2 dia (mungkin) agak emosional.
Terserah kalo elo berdua menuduh gw sok tahu, dsb. Tapi gw akan tetap
bertahan pd prinsip gw, sesuatu yg terjadi pd kita atau terjadi di
sekitar kita pasti ada maksud dan hikmah positif yg bisa kita ambil.
Jika kalian sudah lelah, biarlah waktu yg menyelesaikannya.
WsWrWb,
-----Original Message-----
From: indria
Sent: Tuesday, November 23, 2004 6:36 AM
Temans,
Bacaan menarik..
Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia
baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan
hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke
dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang
sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola
itu dengan baik?
Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong
kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola
bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul
dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi.
Merobek kantong kertas pun tak mungkin karena posisi bola akan berpindah
dan ia terkena pukulan hukuman. Apa yang harus dilakukannya?
Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk
mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah
itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman
tadi. Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang
memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.
Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua
kemungkinan itu. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sekotak
korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong
kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat
yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul
dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo! Dia tidak
terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.
Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk
menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan
kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa
berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai
kemenangan. [Paul W.Cummings]
Post a Comment
<< Home