Hmm... Sebenarnya sajak ini kutulis beberapa hari yang lalu. Dan telah kuberikan pada dia, berharap
agar aku tidak perlu menyanyikan lagunya Dewa (yang: ...baru kusadari... bla bla bla) :p Tapi dia masih saja dingin, beku, seolah telah jenuh. Apakah sajak ini tidak cukup untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan? Hmm, sulit sungguh sulit. Aku masih harus lebih banyak belajar memahami, terutama memahami hatinya. Yang jelas, aku bukanlah pria cengeng... Bukan pula pengemis cinta :p Aku akan tegar, kalau memang aku harus mengalami hal pahit itu... Tuhan, berilah aku kemampuan untuk melihat sisi baiknya. Selamat membaca! :)
Aku, Kamu, dan Rasa ini
kasihku...
walau kamu ganggu lelap tidurku,
tidak mengapa...
aku tersenyum...
walau kamu ganggu aku saat sibuk bekerja,
tidak mengapa...
aku tetap tersenyum...
masih jelas kuingat waktu itu...
kamu hampiri aku saat sedang menikmati kesendirian
kamu cairkan keangkuhanku dalam sesaat
kamu gores ingatanku hingga meninggalkan bekas
lalu...
aku berusaha untuk mengenalmu lebih jauh
aku merasa ada suatu perubahan pada diri ini
jujur...
aku tidak bisa lagi berpura-pura
aku tidak bisa lagi mengacuhkan rasa ini
tulus...
apa yang aku rasakan ini begitu tulus
apakah kamu tidak merasakan hal yang serupa?
berilah aku kesempatan, bukalah hatimu
walau kutahu waktu yang akan menentukan
aku punya impian dan cita-cita...
aku akan berusaha untuk mewujudkannya...
aku punya semangat...
aku punya potensi...
aku ingin berbagi, denganmu...
aku tidak ingin yang lain...
aku mau dirimu...
saat aku berceloteh kian kemari...
ketahuilah, itulah aku sebenarnya...
saat aku katakan bahwa aku peduli padamu...
ketahuilah, aku bersungguh-sungguh...
saat aku ungkapkan isi hatiku...
ketahuilah, aku tidak mengada-ada...
jika aku katakan bahwa aku sayang padamu...
ketahuilah, aku tidak ragu-ragu...
maukah kau denganku?
mendampingiku selalu
apa adanya, tanpa rekayasa
terima kasih...
jika kau telah mengerti rasa ini
<< Home